(0380) 881580

info@undana.ac.id

Jl. Adisucipto, Penfui

Kupang, NTT 85001

07:30 - 16:00

Senin s.d Jumat

Kuliah Umum-Bedah Buku ALDERA di Undana, Pius Lustrilanang Ajak Mahasiswa Ingat Perjuangan Reformasi

Kupang – Universitas Nusa Cendana (Undana) menggelar kuliah umum dan bedah buku Aliansi Demokrasi Rakyat (ALDERA) Potret Gerakan Politik Kaum Muda 1993-1999. Kuliah umum dan bedah buku tersebut berlangsung  di gedung Graha Cendana, Senin (6/2/2023)

Kuliah umum ini menghadirkan keynote speaker Dr. Pius Lustrilanang, S.IP., M.Si., CFRA, CSFA selaku anggota Vl BPK Rl sekaligus pelaku sejarah gerakan reformasi 1998.

Buku Aldera berisi 308 halaman yang ditulis Teddy Wibisana, Nanang Pujalaksana, dan Rahadi T. Wiratama, dibedah oleh 2 narasumber yang berasal dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Undana, yakni Dr. Yoga Pradana dan Dr. Jeskial Roen.

Acara bedah buku yang dipandu Jurnalis Pos Kupang, Annie Eno Toda dihadiri 2000-an mahasiswa, tidak saja dari Undana, tetapi juga dari beberapa kampus di Kota Kupang, diantaranya Universitas Katolik Widya Mandira, Universitas Kristen Artha Wacana, Univerasitas Muhammadiyah, Universitas Aryasatya Deo Muri, Universitas Citra Bangsa, STIKOM Uyelindo, STIKOM Artha Buana, hingga Universitas Persatuan Guru 1945.

Rektor Undana,  Dr. drh. Maxs U. E. Sanam, M.Sc ketika membuka kegiatan tersebut sangat mengapresiasi dan berterima kasih, karena Undana dipilih untuk menjadi tempat membedah buku ALDERA.

Menurutnya, kegiatan ini sangat istimewa karena telah dihadiri langsung oleh salah seorang tokoh penting yang terdapat dalam buku Aldera yaitu Dr. Pius Lustrilanang, S.IP., M.Si., CFRA, CSFA.

“Ini suatu kesempatan yang sangat berharga. Dan tidak perlu kita lewatkan khususnya untuk ade-ade mahasiswa. Melalui kesempatan ini kita dapatkan banyak pencerahan semangat, kritis, berani dan inovatif,”ungkapnya.

Selain menjelaskan kondisi Undana saat ini, Rektor Undana berharap, para mahasiswa dari berbagai kampus di Kota Kupang dapat mengikuti kuliah umum dan bedah buku tersebut, sebagai bekal untuk menghadapi bonus demografi.

Ribuan mahasiswa dari berbagai kampus di Kota Kupang antusias mengikuti Bedah Buku ALDERA yang berlangsung di Gedung Graha Cendana Undana, Senin (6/2/2023).

Keynote speaker, Dr. Pius Lustrilanang, S.IP., M.Si., CFRA, CSFA pada kuliah umum tersebut banyak menceritakan bagaimana dirinya diculik, disiksa bahkan distrom, hingga pada akhirnya dilepas.

Pius dikurung selama 2 bulan, usai dirinya dilepas ia mengecek teman – teman yang saat itu diculik bersamaan waktu itu. Namun hingga kini teman – temannya tidak pulang ke rumah.

Nama Pius Lustrilanang, sempat menghebohkan Indonesia setelah ia memberikan keterangan di Amerika Serika sebagai korban penculikan karena dianggap terlalu berani memprotes pemerintahan pada masa era Soeharto.

Dari kesaksian Pius itulah mampu membuat dunia internasional mendesak Pemerintah Indonesia melepaskan para aktivis mahasiswa yang diculik.

Gerakan moral adalah kelompok mahasiswa yang mengedepankan akademis dan tidak mau bergabung dengan kelompok masyarakat di luar kampus. Sementara gerakan politik menitikberatkan pada penyatuan diri antara mahasiswa dan rakyat kecil. Berawal dari gerakan politik mahasiswa inilah Aldera lahir. Aldera membantu melakukan advokasi bagi masyarakat.

Oleh karena itu, ia mengajak pemuda dan mahasiswa agar mengingat sekaligus melanjutkan perjuangan reformasi dan demokrasi yang telah dilakukan para aktivis 1998.

Ia menjelaskan, Buku ALDERA sendiri berkisah tentang pemuda yang hidup pada rentang waktu 1993 sampai 1998 untuk berani bicara dan membangun kritik terhadap sebuah rezim kuat seperti masa pemerintahan Soeharto atau lazim disebut Orde Baru .

“Hal ini kemudian saya ceritakan dalam buku ALDERA, khususnya pada halaman 13 yang tertulis kalau tiga bulan menjelang kejatuhan Soeharto, ALDERA mendapatkan berita mengejutkan, Saya diculik di pintu keluar Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Senin 2 Februari 1998,” ceritanya.

Setelah mengalami penculikan itu, Pius kemudian diancam dan disetrum di bagian perut, namun ia mengaku terselamatkan oleh doa seorang ibu.

Oleh karena itu, ia berharap mahasiswa dapat belajar sejarah reformasi adalah hasil perjuangan serta harus memiliki jiwa yang gigih, kritis, siap berjuang untuk membela rakyat, serta menjaga demokrasi di republik ini.

“Setelah mahasiswa membaca buku ALDERA akan mengetahui perjuangan reformasi dan terilhami agar senantiasa bersikap kritis terhadap kekuasaan dan terus menjaga reformasi yang telah bergulir selama 25 tahun ini,” ujarnya.

Dr.Yoga Pradana menyampaikan dari buku ALDERA, penulis tidak langsung membawa pembaca untuk mengetahui ALDERA namun lebih dahulu menceritakan kisah tokoh yang terdapat dalam buku ini.

“Bung Pius dan ALDERA merupakan satu mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Di mana kita tahu perjuangannya bersama aktivis 98 lainnya dalam mempertahankan dan memperjuangkan idealisme dalam orde baru. Dan saya berharap mahasiswa dapat memiliki semangat yang luar biasa seperti beliau,” kata Yoga.

Selanjutnya, menurut Dr. Jeskial Roen ALDERA adalah Potret Gerakan Politik Kaum Muda 1993-1999 yang berisikan potret pergerakan mahasiswa di tahun 1998. Dimana momen tersebut merupakan salah satu sejarah perjalanan Indonesia. Ia mengaku, buku ini tidak hanya menceritakan histori  kognitif tetapi memberikan emosi yang kuat. 

“Saat kita membaca buku ini, kita juga merasakan tentang  marahnya, bencinya, emosinya bung Pius dan teman-teman. Memang kita tidak ada dalam periode tersebut. Membaca ALDERA menceritakan Bung Pius dapat berdiri sekarang karena doa seorang ibu sehingga beliau terselamatkan,” ujarnya.

Ia berharap, untuk buku Aldera dalam histori perjuangan dapat menambahkan tentang kisah cinta lokasi dalam suatu organisasi. Namun, tidak mematahkan semangat generasi muda dalam memperjuangkan reformasi.

Kegiatan ini diakhiri dengan penanaman pohon Ketapang Kencana oleh Anggota Vl BPK RI, Dr. Pius Lustrilanang, S.IP., M.Si., CFRA, CSFA, Rektor Undana, Dr. drh. Maxs U. E. Sanam, M.Sc dan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan NTT, Slamet Riyadi  bertempat di depan Gedung Grha Cendana Kota Kupang. (rfl)

Comments are closed.